Review Jurnal Green Computing
Judul
|
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpuskesmas) berbasis Cloud Computing
|
Jurnal
|
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK,
|
Volume & Halaman
|
Volume 17, No.2 141-146
|
Tahun
|
Juli 2012
|
Penulis
|
Setyawan Wibisono dan Siti Munawaroh
|
Reviewer
|
MOCH.SOPIYAN
|
Tanggal
|
2-11-2019
|
Tujuan Penelitian
|
Tujuan Umum: meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) maupun informasi lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan. 2. Tujuan Khusus: a. Sebagai pedoman penyusunan perencanaan tingkat puskesmas (PTP) dan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas melalui mini lokakarya (minlok). b. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan puskesmas. c. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program pokok puskesmas.
|
Subjek Penelitian
|
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Sistem Informasi Manajemen (Simpuskesmas) Berbasis Cloud Computing merupakan Simpuskesmas yang dulu dalam penerapannya menggunakan client server dirubah ke Simpuskesmas yang di upload di web sehingga puskesmas-puskesmas di Kabupaten Demak dapat mengakses SIMPUS tersebut melalui internet. Setiap Puskesmas di Kabupaten Demak apabila ingin menggunakan SIMPUS wajib memasukkan username dan password masingmasing. Dalam Simpuskesmas yang berbasis cloud computing ini, setiap puskesmas mempunyai Username dan password sendirisendiri. Setelah masuk ke Simpuskesmas, setiap puskesmas dapat melakukan kegiatan administratif dan pelayanan ke pasien seharihari. Dari SIMPUS ini diharapkan akan mempermudah pihak Puskesmas untuk kegiatan administratif, dan bagi pihak DKK akan lebih mudah mendapatkan semua laporan dari setiap puskesmas di Kabupaten Demak tanpa harus menunggu laporan dari pihak puskesmas
|
Metode Penelitian
|
program Simpuskesmas berbasis cloud computing
|
Definisi Operasional Variabel Dependen
|
Apabila memilih Master, maka user akan memasukkan data Dokter, Obat, Penyakit. Setelah Master diisi user dapat kembali ke menu, dengan memilih menu yang lain. Apabila memilih Pendaftaran, maka user akan memasukkan data pendaftaran dan data pasien dan kembali ke menu. Apabila pilih menu Rekam Medis, user akan memasukkan data rekam medis dan mengisi detail dari rekam medis dan kembali ke menu lagi. Selanjutnya apabila pilih menu Rujukan, maka user akan memasukkan data rujukan dan detail data rujukan dan kembali ke menu
|
Cara & Alat Mengukur Variabel Dependen
|
As aspek Keuangan. Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan tindakan atau pelayanan, maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan.Aspek Pendidikan. Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.
|
Definisi Operasional Variabel Independen
|
Pe menggunaan komputer untuk pengolahan data pasien sangat diperlukan, karena dapat memberikan beberapa keuntungan dan kemudahan dalam pelayanan pasien antara lain: mempercepat pelayanan, informasi yang lebih akurat, dan pencarian data lebih cepat. Dengan adanya program berbasis cloud computing kinerja Puskesmas dapat ditingkatkan, sehingga kualitas dan mutu pelayanan menjadi meningkat
|
Hasil Penelitian
|
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: Sistem Informasi Manajemen (Simpuskesmas) Berbasis Cloud Computing merupakan Simpuskesmas yang dulu dalam penerapannya menggunakan client server dirubah ke Simpuskesmas yang di upload di web sehingga puskesmas-puskesmas di Kabupaten Demak dapat mengakses SIMPUS tersebut melalui internet. Setiap Puskesmas di Kabupaten Demak apabila ingin menggunakan SIMPUS wajib memasukkan username dan password masingmasing. Dalam Simpuskesmas yang berbasis cloud computing ini, setiap puskesmas mempunyai Username dan password sendirisendiri. Setelah masuk ke Simpuskesmas, setiap puskesmas dapat melakukan kegiatan administratif dan pelayanan ke pasien seharihari. Dari SIMPUS ini diharapkan akan mempermudah pihak Puskesmas untuk kegiatan administratif, dan bagi pihak DKK akan lebih mudah mendapatkan semua laporan dari setiap puskesmas di Kabupaten Demak tanpa harus menunggu laporan dari pihak puskesmas.
|
Kekuatan Penelitian
|
Seperti yang telah tersirat di atas, permasalahan hilang (atau rusak)-nya data civitas perguruan tinggi di suatu instansi sesungguhnya dapat teratasi jika data civitas perguruan tinggi itu tidak secara langsung disimpan di server tersebut (yang mungkin saja rawan kerusakan), tetapi disimpan di suatu lokasi (baca : komputer server) yang diletakkan di suatu lokasi yang relatif aman. Pilihannya adalah : (1) Perguruan Tinggi memiliki infrastruktur (komputer dan jaringan antarkomputer) yang memang disiapkan untuk itu, atau (2) Perguruan Tinggi bisa memanfaatkan teknologi komputasi awan (cloud computing) (yang difasilitasi menggunakan jaringan Internet) sehingga manajemen Perguruan Tinggi tidak perlu lagi mempersiapkan infrastruktur yang mahal, melainkan cukup menyewa fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan aplikasi dari vendor-vendor yang menyediakan layanan-layanan komputasi awan itu, seperti Amazon, Salezforce, Google, Microsoft, Akamaisun, microsystems, symante, cmicrosft, dan sebagainya.
|
Kelemahan Penelitian
|
Penggunaan Simpuskesmas dengan teknologi komputer untuk pengolahan data pasien sangat diperlukan, karena dapat memberikan beberapa keuntungan dan kemudahan dalam pelayanan pasien antara lain: mempercepat pelayanan, informasi yang lebih akurat, pencarian data lebih cepat, pembuatan laporan yang lebih cepat serta keseragaman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di wilayah Kabupaten Demak.. Dengan adanya program Simpuskesmas berbasis cloud computing kinerja Puskesmas dapat ditingkatkan, sehingga kualitas dan mutu pelayanan menjadi meningkat.
|
LINK REFERENSI: https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti1/article/view/1661
Review Jurnal Internasional
Judul
|
Governance, Decentralisation and Deforestation: The Case of Central Kalimantan Province
|
Jurnal
| |
Volume & Halaman
|
Quarterly Journal of International Agriculture 54 (2015), No. 1: 77-100
|
Tahun
| |
Penulis
|
Yanpei Chen, Vern Paxson, Randy H. Katz
|
Reviewer
|
MOCH.SOPIYAN
|
Tanggal
|
2-11-2019
|
Tujuan Penelitian
|
Pelaksanaan kebijakan desentralisasi di Indonesia, yang dimulai pada tahun 2000, secara fundamental, telah mengubah kerangka tata kelola hutan negara. Studi ini menyelidiki bagaimana desentralisasi telah mempengaruhi tata kelola hutan, dan hubungan tata kelola hutan dengan tingkat deforestasi atau penggundulan hutan di tingkat kabupaten. Penulis mengukur dan membandingkan kualitas tata kelola hutan di 11 kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah pada periode 2000-2005 dan 2005-2010 dan hubungan tata kelola hutan dengan laju deforestasi.
Studi ini menunjukkan bahwa desentralisasi telah menyebabkan perbedaan dalam tata kelola hutan antar kabupaten dan bahwa tingkat deforestasi atau penggundulan hutan sangat berkaitan dengan perubahan tata kelola hutan. Penulis menyarankan untuk meninjau kembali kerangka tata kelola hutan Indonesia untuk memastikan adanya checks and balances dalam pengambilan keputusan, pemantauan yang lebih baik dan meningkatkan transparansi, dengan dukungan khusus untuk Unit Pengelolaan Hutan sebagai alat baru untuk pengelolaan hutan, dan dukungan pemerintah untuk memfasilitasi desain dan implementasi REDD + proyek. |
Subjek Penelitian
|
Indonesia mengalamai penggundulan hutan (deforestasi) tingkat kedua di dunia, disebabkan tekanan yang berkaitan dengan perubahan sosial-ekonomi dan politik. Deforestasi yang terjadi di Indoneseia menjadi keperihatinan dunia.
Kalimantan Tengah menempati peringkat tertinggi kedua dari deforestasi yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2000-2008 provinsi ini kehilangan sekitar 0,9 juta hektar hutan. Deforestasi di provinsi ini disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi, kelembagaan, sosial, ekologi dan infrastruktur. Salah satu isu kunci dalam konteks ini adalah adanya dampak dari kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 2000. Kebijakan ini, secara substansial telah mengubah kewenangan berbagai tingkat pemerintahan dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan hutan, yang diidentifikasi sebagai salah satu sebab deforestasi. Mengingat deforestasi yang terjadi di Indonesia memiliki dampak yang luas, baik dampak lokal bagi mata pencaharian maupun dampak global terhadap keanekaragaman hayati dan emisi karbon, ada kebutuhan memberikan pemahaman yang lebih baik hubungan antara desentralisasi dan deforestasi di negeri ini. |
Metode Penelitian
|
Untuk menganalisa dinamika deforestasi, penulis menguji perubahan lahan dan menganalisis berbagai kebijakan dan aspek hukum dari deforestasi pada kawasan hutan yang ditunjuk. Penulis juga membandingkan hutan yang dialokasikan sebagai hutan konversi oleh pemerintah pusat atas usulan pemerintah provinsi. Dalam konteks ini, kawasan hutan yang ditunjuk adalah setiap daerah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan tetap.
Untuk melakukan analisis biofisik dari deforestasi, dalam penelitian ini, penulis ini melakukan analis selama 2 periode yang berbeda : 2000-2005 dan 2005-2010. Sedangkan dari aspek kebijakan dan analisis hukum, penulis memeriksa kebijakan dan dokumen hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan provinsi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan presentasi kawasan hutan yang ditunjuk untuk dialokasikan untuk konservasi hutan oleh pemerintah nasional. Dalam rangka untuk memahami desentralisasi dalam tata kelola hutan, penelitian ini menerapkan teori dasar mengenai tata kelola sumber daya yang terdesentralisasi. Teori ini mengasumsikan dan mengharapkan bahwa pemain lokal dapat mengelola sumber daya alam secara efektif dan fokus pada karakteristik dan kinerja lembaga daerah. Pertimbangan menggunakan teori ini, penelitian ini menilai tata kelola hutan, sebagai institusi hutan di tingkat kabupaten, di 11 kabupaten di Kalimantan Tengah, untuk periode 2000-2005 dan 2005-2010. Variable utama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 4 prinsip tata kelola hutan yang baik (akuntabilitas, keadilan, transparansi dan partisipasi) seperti yang dijelaskan dalam rangka “good forest governance” yang dikembangkan oleh PROFOR-FAO dan kerangka “quality governance” yang dikembangkan oleh Bank Dunia. Dalam penelitian ini, penulis melakukan survey lapangan dan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD)untuk 11 Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dari Juli-Oktober 2012. |
Definisi Operasional Variabel Dependen
|
Menurut definisi NIST, karakteristik utama dari komputasi awan termasuk layanan mandiri sesuai permintaan, akses jaringan yang luas, pengumpulan sumber daya, elastisitas yang cepat, dan layanan meteran yang mirip dengan
utilitas. Ada juga tiga model layanan utama — perangkat lunak sebagai a
layanan (SaaS), di mana pengguna cloud hanya mengontrol aplikasi
konfigurasi; platform sebagai layanan (PaaS), di mana cloud
pengguna juga mengontrol lingkungan hosting; dan infrastruktur sebagai a
layanan (IaaS), di mana pengguna cloud mengontrol semuanya kecuali
infrastruktur pusat data. Selanjutnya, ada empat model penyebaran utama: cloud publik, dapat diakses oleh masyarakat umum atau a
kelompok industri besar; awan komunitas, melayani beberapa organisasi; cloud pribadi, terbatas pada satu organisasi; dan hibrida
awan, campuran dari yang lain.
Sesuai dengan evolusi ini, dan karena kami percaya luas
ruang lingkup definisi NIST memungkinkan kita untuk mencakup set lengkap
masalah yang menarik, untuk sisa makalah ini, kita akan membahas
"Cloud computing" dalam semangat definisi NIST.
|
Cara & Alat Mengukur Variabel Dependen
|
Reputasi bisnis juga patut mendapat perlindungan. Ketika menggunakan sumber daya bersama untuk melakukan perhitungan bisnis-kritis, itu menjadi lebih sulit untuk dilakukan
atribut aktivitas berbahaya atau tidak etis. Bahkan jika ada cara untuk melakukannya
mengidentifikasi dengan jelas pelakunya dan menyalahkan atribut, publisitas buruk masih
menciptakan ketidakpastian yang dapat merusak reputasi lama.
Selain itu, seseorang harus sering mengakomodasi rantai kepercayaan yang lebih lama. Untuk
contoh, pengguna akhir aplikasi berpotensi menggunakan aplikasi yang dibangun oleh penyedia SaaS, dengan aplikasi yang sedang berjalan
platform yang ditawarkan oleh penyedia PaaS, yang pada gilirannya berjalan di atas
infrastruktur penyedia IaaS. Sementara untuk pengetahuan kita contoh ekstrem ini tidak dapat terjadi dalam praktik saat ini karena kurangnya API yang memadai, itu menggambarkan bahwa dengan model komputasi awan apa pun,
para pemangku kepentingan 'dapat menemukan diri mereka dengan banyak hubungan
lebih rumit dari sekadar hubungan penyedia-pengguna.
Beberapa partisipan bisa jadi subverters, yang mempertahankan tampilan pengguna cloud atau penyedia cloud biasa, tetapi pada kenyataannya melakukan
kejahatan dunia maya atau serangan dunia maya lainnya. Contohnya termasuk pengguna cloud
yang menjalankan kampanye brutal, botnet, atau spam dari cloud;
atau penyedia cloud yang memindai data pengguna cloud dan menjual rahasia
informasi kepada penawar tertinggi.
Selain itu, bisnis yang kompetitif dapat beroperasi dalam kondisi yang sama
ekosistem komputasi awan: menggunakan cloud yang sama, atau berakhir
dalam hubungan penyedia-pengguna. Hal ini dapat menyebabkan konflik yang kuat
minat, dan menciptakan motif tambahan untuk mengakses rahasia
informasi dari pesaing
|
Definisi Operasional Variabel Independen
|
Pe menggunaan komputer untuk pengolahan data pasien sangat diperlukan, karena dapat memberikan beberapa keuntungan dan kemudahan dalam pelayanan pasien antara lain: mempercepat pelayanan, informasi yang lebih akurat, dan pencarian data lebih cepat. Dengan adanya program berbasis cloud computing kinerja Puskesmas dapat ditingkatkan, sehingga kualitas dan mutu pelayanan menjadi meningkat
|
Hasil Penelitian
|
seperti CSS Nasional mulai dengan penawaran yang terjangkau
perhitungan untuk bisnis. Pembagian waktu akhirnya memberi jalan kepada
komputer pribadi, yang membawa perhitungan terjangkau ke Internet
khalayak ramai. Dengan cara yang serupa, komputasi awan saat ini menawarkan perhitungan skala besar yang terjangkau untuk bisnis. Jika kasus ekonomi menang, maka kita mungkin menemukan bahwa tidak ada — bahkan masalah keamanan sekalipun — yang akan mencegah komputasi awan menjadi a
komoditas konsumen. Sama seperti PC komoditas dan Internet
membawa Revolusi Informasi, dan membuat informasi
Dapat diakses secara universal, terjangkau, dan bermanfaat, demikian juga cloud
Komputasi memiliki potensi untuk menghasilkan Revolusi Komputasi, di mana komputasi skala besar dapat diakses secara universal, terjangkau, dan bermanfaat. Semoga kita dapat menambah hasil ini "dan cukup aman".
|
REFERENSI: https://personal.utdallas.edu/~muratk/courses/cloud13s_files/what-is-new-in-cloud-security.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar